Selamat pagi, siang, malam bagi pembaca budiman, kali ini kita akan mempelajari arti dari memancing lebih dalam. filosofi dari memancing, mari kita simak baik - baik ya!!!
Memancing tidak lepas dari predikat negatif sebagai ‘pengangguran’
karena menghabiskan waktu berjam-jam untuk hasil yang tidak terlalu
banyak, atau predikat ‘pemboros’ karena apabila dihitung-hitung antara
modal untuk mancing dan hasil yang didapat seringkali besar pasak
daripada tiang, tetapi sedikit banyak kita bisa belajar dari para
penunggu ikan ini.
Saya termasuk orang yang hobi mancing. Malah
dulu waktu masih sekolah, saya selalu menyempatkan mancing di
rawa-rawa,sungai atau waduk setelah pulang sekolah. Ndak
tanggung-tanggung, acara mancing pulang sekolah mulai jam 1 sampai jam
setengah 6, hampir tiap hari. Memang tidak banyak hasilnya, paling 10
ikan Bethik,tawes,lele dengan Kocolan (ikan gabus yang masih kecil).
Tapi setiap dapat, selalu dikumpulkan, dan kalau sudah banyak dimasak di
dapur untuk dimakan bareng-bareng teman2.
Lantas dimana
filosofinya?. Banyak orang mengatakan filosofi mancing terletak pada
kesabarannya menunggu ikan. Padahal sebenarnya bukan disitu intinya.
Filosofi mancing yang paling menawan adalah orientasinya yang
menitik beratkan pada proses.
Kata ‘berorientasi pada proses’
sepertinya sesuatu yang biasa. Tidak ada istimewanya sama sekali. Tapi
apakah memang demikian?. Coba kita simak gambaran berikut ini.
Seorang pemancing sejati (benar-benar penghobi, bukan sebagai pekerjaan
atau bertujuan memenuhi kebutuhan lauk di dapur) selalu mempersiapkan
peralatannya sebelum mancing. Peralatan mancing yang tidak murah,
walaupun juga tidak mahal (kecuali yang biasa dipakai di acara Mancing
Mania)menjadi sarana wajib yang perlu diteliti sebelum berangkat.
Selanjutnya menyiapkan umpan. Mulai dari yang sederhana, biasanya
cacing, ulat, klelet, kroto, atau apapun yang langsung bisa dipakai,
sampai dengan racikan keju, roti, daging ikan, essence makanan, pasta,
yang semuanya harus diolah seperti layaknya masakan untuk manusia.
Setelah semua siap, baru berangkat ke tempat pemancingan. Bisa di kolam
pancing (sistem harian tentunya, kalau kiloan sama saja dengan beli
ikan), tambak, muara, atau laut.
Bayangkan berapa uang yang harus
dikeluarkan untuk sekali mancing. Saya sendiri biasa menyiapkan antara
Rp.50.000 sampai Rp.75.000 hanya untuk umpan. Ditambah tiket kolam
harian sekitar Rp. 30.000 sampai Rp. 50.000. ditambah lagi untuk bekal
sekitar Rp.25.000 (rokok, nasi, minum, bensin). Total biaya untuk sekali
mancing sekitar Rp. 120.000.
Apa yang di dapat?. Ya namanya
mancing tidak bisa dipastikan. Kadang dapat banyak, kadang hanya dapat 1
ekor, kadang gak bawa apa-apa. Lha apa nggak rugi?. Kalau dihitung
dengan rumus matematika ya pasti rugi. Dan pasti lebih banyak ruginya
daripada untungnya. Lantas kenapa masih terus mancing?.
Dari sini
terlihat seringkali orang mencampur-aduk antara orientasi proses dan
orientasi hasil. Seorang pemancing sejati orientasinya pada proses,
bukan hasil. Jadi kalau ada pemancing sejati yang diberi ikan secara
cuma-cuma oleh pemilik tambak/kolam, belum tentu diterima. Kalaupun
diterima tidak dengan hati gembira ria seperti kejatuhan rejeki dari
langit. Pemancing sejati hanya menerima itu sebagai bentuk kesopanannya
untuk tidak menolak pemberian. Kenapa? Ya karena pemancing sejati
orientasinya pada proses, bukan hasil. Kalau menerima dengan senang
hati, atau malah berharap diberi lebih banyak, berarti bukan seorang
pemancing sejati. Atau mungkin di dapur sedang tidak ada lauk.
Dari sini kita bisa belajar bahwa sebenarnya hidup itu SEMESTINYA sama
dengan pemancing sejati. Besarnya pengorbanan yang kita lakukan
SEMESTINYA bukan untuk mendambakan hasil, tapi semata-mata untuk
menciptakan proses yang baik.
Ketika kita bekerja, lakukan
pekerjaan itu sebaik mungkin. Jangan pernah melihat hasilnya, karena
yang sebenarnya dinilai oleh Sang Pencipta adalah prosesnya. Sehat atau
cacat, miskin atau kaya, pejabat atau kuli, semua sama-sama melakukan
proses. Tidak ada yang berbeda.
Ingatlah selalu bahwa tugas kita
hanya di prosesnya. Kita hanya perlu menyiapkan proses dengan baik,
melakukan proses dengan baik, dan menyikapi proses dengan baik. Hanya
itu?. Ya hanya itu yang dinilai Sang Pencipta.
Tapi memang untuk
melaksanakannya dalam hidup tidak semudah orang mancing. Terutama dalam
hal menyikapi proses dengan baik.salam mancing mania