Seorang pengusaha sukses semakin bertambah tua, dan ia menyadari saat inilah waktunya untuk memilih seorang suksesor untuk melanjutkan bisnisnya. Alih-alih memilih salah satu direkturnya atau memilih salah satu anaknya sebagai pengganti dirinya, ia justru melakukan sesuatu yang berbeda.
Ia memanggil serentak seluruh eksekutif muda yang ada di perusahaannya.
“Ini adalah waktunya saya pensiun, dan saya akan memilih CEO baru untuk menggantikan saya,” ujar sang pengusaha. “Saya sudah memutuskan untuk memilih salah satu di antara kalian.”
Seluruh eksekutif muda merasa terkejut, tapi pengusaha tersebut melanjutkan,
“Saya akan memberi masing-masing dari kalian sebuah benih, benih yang sangat spesial. Saya ingin kalian menanam benih tersebut, menyiraminya, dan mengembalikannya kepada saya di tempat ini juga setahun yang akan datang benih pemberian saya yang telah kalian rawat dan tumbuhkan tersebut. Selanjutnya, saya akan menilai tanaman-tanaman yang kalian bawa, dan satu yang saya pilih akan menjadi CEO penerus saya.”
Salah seorang dari mereka, namanya Bayu, seperti halnya yang lain menerima sebuah benih. Dia pulang ke rumah dengan penuh antusias, dan ia menceritakan semua yang terjadi hari ini kepada isterinya. Sang isteri membantunya mencarikan sebuah pot, memberi tanah dan pupuk, kemudian Bayu menanamnya dengan penuh semangat.
Setiap hari, Bayu menyiraminya dan bersiap untuk melihat benih itu tumbuh. Setelah kira-kira tiga minggu, beberapa dari eksekutif muda tersebut mulai membicarakan tentang benih mereka dan tanaman yang mulai bertumbuh. Bayu terus mengecek benihnya, tapi tak ada yang tumbuh sama sekali.
Tiga minggu, empat minggu, lima minggu, masih tidak ada yang tumbuh. Saat ini, kembali para rekannya membicarakan tanaman yang dimilikinya masing-masing, tapi Bayu sama sekali tidak punya tanaman yang tumbuh dan ia merasa gagal.
Enam bulan pun berlalu, dan tidak ada yang tumbuh di pot milik Bayu. Yang ia tahu, mungkin ia sendiri yang telah mematikan benihnya. Setiap orang punya pohon dan tanaman yang tinggi, tapi Bayu tidak memiliki apapun.
Bayu tidak mengatakan apapun kepada rekan-rekannya. Bagaimanapun, ia tetap menyirami tanamannya dan menggemburkan tanahnya, ia sangat menginginkan benihnya tumbuh. Akhirnya, setahun yang dijanjikan pun tiba. Seluruh eksekutif muda dari perusahaan tersebut membawa tanamannya untuk diinspeksi oleh CEO. Bayu bercerita pada isterinya bahwa ia tak akan pergi dengan membawa pot yang kosong. Tapi, sang isteri mengingatkan pada sang suami untuk bersikap jujur mengenai apapun yang terjadi.
Bayu tiba-tiba sakit perut. Ini adalah hal yang paling memalukan dalam hidupnya. Tapi, jauh di lubuk hatinya ia sepakat dengan sang isteri, bahwa ia harus jujur.
Ia membawa pot kosongnya ke dalam ruangan. Ketika Bayu masuk ke ruangan tersebut, ia merasa kagum dengan bervariasinya tanaman yang berhasil ditumbuhkan rekan-rekan eksekutif yang lain. Tanaman-tanaman tersebut begitu indah dalam berbagai bentuk dan ukuran. Bayu menaruh pot kosongnya di lantai, dan banyak di antara rekan-rekannya yang menertawakannya. Beberapa dari mereka ada yang mengucapkan kalimat-kalimat untuk menghibur Bayu.
Ketika CEO datang, ia segera mensurvei ruangan dan menyambut para eksekutif muda tersebut. Bayu berusaha bersembunyi di barisan paling belakang.
“Waw, tanaman, pohon, dan bunga-bunga yang indah sekali yang kalian tumbuhkan,” kata CEO tersebut.
“Hari ini, salah satu di antara kalian akan dinobatkan menjadi CEO baru pengganti saya.”
Tiba-tiba, CEO tersebut memperhatikan Bayu yang ada di belakang ruangan dengan pot yang kosong. Ia menugaskan direktur keuangannya untuk membawa Bayu ke depan.
Hal ini begitu menakutkan bagi Bayu. Dalam hati Bayu berkata, “Pak CEO kini tahu bahwa saya telah gagal. Mungkin dia akan memecat saya.”
Ketika Bayu telah sampai di depan, CEO tersebut bertanya mengenai apa yang terjadi dengan benihnya. Bayu pun menceritakan apa yang terjadi. Pak CEO mempersilakan seluruh hadirin untuk duduk kecuali Bayu. Ia melihat Bayu, kemudian mengumumkan pada seluruh eksekutif muda yang lain,
“Inilah CEO baru kalian! Namanya Bayu.”
Bayu tak bisa percaya ini. Bayu gagal menumbuhkan benihnya. Bagaimana mungkin ia dinobatkan menjadi CEO, kata para eksekutif muda tersebut.
Kemudian, pengusaha tersebut menjelaskan, “Setahun yang lalu, saya memberikan setiap dari kalian sebuah benih.”
Saya meminta kalian untuk mengambil benih yang saya berikan, menanamnya, menyiraminya, dan membawanya kembali hari ini. Tapi, tahukah kalian bahwa saya memberikan benih yang telah direbus, benih-benih tersebut sudah mati, dan tidak mungkin untuk tumbuh. Kalian semua, kecuali Bayu, hari ini membawakan saya tanaman, pohon, dan bunga-bunga yang subur dan indah. Artinya, ketika kalian menemukan bahwa benih kalian tidak tumbuh, kalian menggantinya dengan benih yang lain. Hanya Bayu yang punya cukup keberanian dan kejujuran untuk membawa pot berisi benih sesungguhnya yang saya berikan. Maka, dari kalian semua yang hadir di sini, hanya Bayulah yang pantas menjadi Chief Executive yang baru!”
0 comments:
Post a Comment