Tuesday, 2 December 2014

Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini,  “Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”.
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, “Betul, Dia yang menciptakan semuanya”.
“Tuhan menciptakan semuanya?” Tanya professor sekali lagi. “Ya, Pak, semuanya” kata mahasiswa tersebut.
Profesor itu menjawab, “Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan.  Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan”.
“Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut.  Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau Agama itu adalah sebuah mitos.
Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?”.
“Tentu saja,” jawab si Profesor,
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?”
“Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada.
Kamu tidak pernah sakit flu?” Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada.
Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas.  Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.”
Mahasiswa itu melanjutkan, “Profesor, apakah gelap itu ada?” Profesor itu menjawab, “Tentu saja itu ada.”
Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Pak.
Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak.
Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.”
Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada?”
Dengan bimbang professor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya.
Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.”
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah, Pak.
Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan.
Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.”Profesor itu terdiam.
Dan mahasiswan tersebut adalah ALBERT EINSTEN
Kita hidup dalam kegelapan bukan karena tidak ada cahaya yang bisa menerangi.
Kita hidup dalam gelap karena kita tidak menemukan dimana cahaya yang dapat menerangi itu.
Kita tidak menemukan cahaya itu karena kita tidak menginginkan hidup dalam cahaya terang itu.
Kita tidak menginginkan cahaya itu menerangi tiap sisi yang diselimuti oleh kegelapan.
 
Kita tidak hidup seperti bumi yang berputar pada satu titik.
Dua belas jam kita mendapatkan terang, dua belas jam berikutnya gelap menutupi.
Seolah-olah tidak ada pilihan dan tidak dapat hidup dalam terang saja.
Jika kita perhatikan, dalam kegelapan sekalipun kita akan mencari terang.
Terang ini akan membuat kaki kita bebas dari benturan karena berjalan dalam kegelapan.
Kita memasang lampu dan lilin di dalam ruangan dimana kita berada.
Kita membutuhkan penerang dalam kehidupan kita.
Bukan agar kita bisa melakukan apapun yang kita inginkan, tapi agar kita dapat melihat dengan jelas apa yang ada di hadapan kita.
Namun demikian, kegelapan itu tetap ada di luar ruangan kita.
 
Ini adalah bukti bahwa kegelapan dan cahaya terang itu akan tetap ada.
Kesempatan dan keinginan kitalah yang membawa kita tetap hidup dalam terang atau gelap.
Jika kita kita ingin hidup dalam gelap, tentu kita tidak akan menyalakan lampu dan membiarkan gelap itu di menyelimuti kita sepanjang waktu sampai membuat kita terlelap.
Lalu kita menyalahkan kegelapan saat kita tersandung, kita memaki gelap saat kita menyenggol piring kaca dan memecahkannya.
Tapi kita tetap membiarkan gelap itu menguasai pandangan mata kita.
 
Inilah kehidupan kita.
Kita terkadang membiarkan gelap itu menguasai hidup kita.
Kita membiarkan gelap menutupi pandangan mata kita dan merasa seolah-olah inilah kehidupan kita.
Kita tidak mencari cahaya yang bisa menerangi pandangan mata kita.
Kita tidak menemukan cahaya penerang itu.
Kita menganggap bahwa kegelapan yang ada di luar kita adalah kegelapan bagi seluruh kehidupan kita.
Tidak ada terang bagi kita. Kita lupa bahwa kita tidak ingin diterangi oleh terang itu. 
 
Jika ingin hidup dengan pandangan mata yang jelas melihat sekeliling, tidak tertutup oleh kegelapan, carilah Cahaya terang itu bagi anda. Bukan menerangi mata anda sendiri, tapi menerangi segala yang ada di sekeliling anda.
Bukan hanya membuat anda terlihat, tapi cahaya yang bisa membuat terlihat semua hal di hadapan kita.

0 comments:

Post a Comment